Skip to main content

Angan-angan Duniawi

 

Angan-angan Duniawi

 

وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

 

Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angan kedudukan (Qarun) itu berkata: "Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, kiranya, tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)". (al-Qashash : 82)

Ayat diatas menunjukkan bahwa keinginan kuat atas suatau pencapaian (angan-angan) demi mendapatkan apa yang diinginkan yaitu berupa hal dunia, seperti angan-angan kaum Qarun terhadap kekayaannya, semestinya itu semua merupakan tipudaya setan yang ingin merusak keimanan seorang hamba, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT :

إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ

Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, setanlah yang merayu mereka dan memanjangkan angan-angan mereka.

     Ketika seorang hamba berada pada jalan yang benar, maka setan akan menggodan serta memasukkan angan-angan yang terlalu tinggi, seperti harta, jabatan dan tahta, sehingga mereka kembali ke jalan yang menyesatkan membuat mereka jauh dari Allah.

Jika diteliti, angan-angan pada dunia dan seisinya merupakan tindakan yang sangat tidak etis menurut agama dan bahkan terkesan mensekutukan Allah. Pertama, dikatakan tidak etis sebab, bagaimana mungkin orang yang berakal jernih mau berangan-angan terhadap dunia, sebab semua yang ada dalam dunia sudah dijamin oleh Allah SWT, seperti yang dijanjikan-Nya dalam surat Huud : 6,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).

Syihabuddin Muhammad ibnu Abdullah dalam kitab tafsirnya, menafsirkan dabbah di ayat tersebut ialah nama yang mencakup semua hewan yang memiliki ruh, baik lail-laki atau perempuan, berakal atau tidak.[1] Jika sudah ada yang menjamin lantas apa perlu berangan-angan atau bahkan mengejar-ngejarnya, padahal ada hal lain yang Allah tidak menjamin kecuali pada hamba yang Dia kehendaki, seperti dalam hadis Ibnu Mas’ud yang dinukil oleh Ibnu Kasir dalam kitabnya[2] :

إن الله قسم بينكم أخلاقكم، كما قسم أرزاقكم وإن الله يعطي المال من يحب، ومن لا يحب، ولا يعطي الإيمان إلا من يحب

Sesungguhnya Allah membagi akhlak di antara kalian sebagaimana Dia membagi rezeki buat kalian. Dan sesungguhnya Allah memberi harta kepada orang yang Dia cintai, juga orang yang tidak dicintainya, tapi Dia tidak memberi iman kecuali hanya kepada orang yang Dia sukai.

 

وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (Taubah :72)

Kedua sumber diatas sangat jelas, Allah hanya menjanji surga, bagi siapa yang ia kehendaki yaitu orang yang beriman dari laki-laki dan perempuan yang mengerjakan amal shaleh (baik). Artinya Allah menghendaki sesuai apa yang hamba-Nya perbuat, jika mereka mengerjakan amal shaleh maka surga baginya, sebaliknya jika berbuat maksiat maka nerakalah tempatnya.

Kedua, kenapa bisa dikatakan orang yang mensekutukan Allah bagi mereka yang panjang angan-angannya terhadap dunia ?, Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِه وأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“ HR Ibnu Majah (No. 4105)

Islam sebagai agama tidak lepas dari tiga unsur yaitu ummat (muslim dan muslimat), perantara (dunia) dan Tuhan (Allah sebagai tujuannya). Seorang mukmin mesti ai akan berusaha memaksimalkan perantara tersebut dengan memperbanyak ibadah kepada Allah agar ia mendapatkan tujuan tersebut, namun jika perantara tersebut dijadikan sebagai tombak tujuan mereka karena banyak berangan-angan terhadap dunia (harta, martabat dan kedudukan) sehingga segala cara mereka lakukan demi mendapatkan itu semua, lantas bagaimana mereka tidak dikatakan orang yang telah kufur (menduakan Allah dengan angan-angannya). Pasti mereka tidak akan merasa cukup seperti disabdakan Nabi sebelumnya, hingga  pada akhirnya penyesalanlah yang menjadi bukti bahwa dunia ini atau ambisi terhadap angan-angan mereka akan membuat mereka binasa seperti kisah Qarun dan kaumnya yang diceritakan Allah dalam surat al-Qashash : 82. Wallahu a’lam..

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian” (HR. Muslim no. 2564, dari Abu Hurairah)

 



[1], Maktabah Syamilah, Syamela, ver.1.9.8. “Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azim wa Sab’u al-Ma’ani”; Ibnu al-Alusi dst…

[2] Maktabah Syamilah, Syamela, ver.1.9.8. “Tafsir al-Qur’an al-‘Azim”; Ibnu Kasir dst…

Comments

Popular posts from this blog

HABIB ABDUL QODIR AL-HADDAD

Assalamualaikum... Mungkin masih teringat dibenak kita pata tanggal 10-12-2012 salah satu wali min auliya illah dari condet, jakarta yang bernama AL HABIB ABDUL QODIR AL-HADDAD atau dikenal dengan Habib ading telah meninggal dunia, innalillahi wa inna lillahirojiun. Habib Abdul Qodir Al Haddad adalah seorang dai sekaligus pemimpin yayasan al hawi condet, jakarta yang dipercayai oleh abah beliau Habib Muhammad bin Ahmad Al Haddad yang terkenal ahli fiqih pada tahun 1990-an. Beliau meninggalkan seorang istri, 3 (tiga) orang anak laki-laki dan 2 (dua) orang anak perempuan, seorang ulama' kharismatik ini dikenal ahli sedekah, itu terbukti karna semasa hidupnya beliau, selalu tidak pernah absen dalam memberikan jamuan kepada masyarakat yang hadir di masjid Al-Hawi selepas sholat jum'at, subhanallah. Beliau mempunyai sifat yang berbudi luhur,  beliau sangat menghormati tamu yang  datang entah itu kaya atau miskin, baik dari kalangan pejabat maupun orang biasa, beliau sangat mengh...

HURUF HURUF YANG MASUK PADA FI'IL MUDHOREK

Assalamualaikum...    Alhamdulillah, bertemulagi ni, apa kabar sahabat-sahabat abu nawas ?    masih sehat wal 'afiahkan..! kali ini abu nawas akan sedikit melanjutkan pembahasan Tentang kalimat huruf . Namun yang jadi fokus kita kali ini, ialah kalimat huruf yang hanya bisa masuk pada fi'il saja, yang mana fi'il ini ada macam-macam fi'il nya, yang udah kita kita kaji bersma-sama. oke langsung saja kita mulai !!

BINA'-BINA'

بسم الله الرحمن الرحيم  Assalamu’alaikum…. Jumpa lagi nih…. Kali ini kita akan membahas ilmu shorof, tentang masa lah bina’ yang sangat penting sekali difahami, apa lagi para pencari ilmu agama, khususnya ilmu alat yang sangat berguna sekali dalam kita memahami al-quran, hadist beserta kitab-kitab ulama’ yang bertebaran di segala penjuru dunia mulai dari kitabnya para tabi’in, tabi’in-tabi’n, atau dikenal dengan ulama’ salaf, sampai ke zaman sekarang ini. Kitab-kitab itu semuanya berbahasa arab, bukanlah mudah dibaca apa lagi difahami isi dan maksudnya, namun kesulitan itu hanyalah berlaku bagi thalibul ilmi yang bermalas-malasan atau tidak bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Mungkin kita sering mendengar kalimat من جد وجد   barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkannya (apa yang ia usahakan). Maka dari kalimat diatas bisa diambil kesimpulan tidak ada kesulitan bagi orang yang mau berusaha sekuat tenaga, mudah-mudahan allah menambahkan himmah at...